Senin, 18 Maret 2013

BAB 12 Saat Tepat untuk Berhias



Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu 'anhu biasa membaca Al-Qur’an, kata
Al-Qasim bin Abdurrahman. Jika sudah selesai membaca dia bertanya,
“Mana orang-orang yang masih bujangan?” Kemudian ia berkata lagi,
“Mendekatlah ke sini, kemudian katakan, ‘Ya Allah anugerahilah aku
seorang wanita yang apabila kupandang dia membuatku senang, jika kusuruh dia
menurutiku, dan jika aku meninggalkannya dia menjaga dirinya dan hartaku’.”
Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugerahkan kepadanya
seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan
selama di luar rumah, terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta.
Kesenangan-kesenangan di luar, tak menjadikan suami merasa jengah di rumah.
Sebab surga ada di rumahnya. Baiti jannati. Rumahku surgaku.
Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat
suami semakin bertambah kuat jalinan perasaannya (‘athifah). Wajah istri adalah
keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan.
Barangkali ungkapan Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallahu wajhahu tentang
istrinya, Fathimah binti Rasulullah, merupakan gambaran sempurna tentang istri yang
apabila dipandang membuat suami merasa semakin sayang. Kata Sayyidina Ali,
“Ketika aku memandangnya, hilanglah kesusahan dan kesedihanku.”
Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami
memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah
terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia
mempunyai istri yang wajahnya cantik memikat.
A
Kado Pernikahan 168
Tetapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa faktafakta.
Kedua, bantahan as-Sunnah dari Rasulullah Muhammad Saw.
Konon, Christina Onassis mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga
memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta
warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi dan pulau milik pribadi juga.
Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit.
Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir, ia menutup kisah
hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.
Christina memiliki kecantikan wajah yang memikat. Banyak laki-laki yang
mengaguminya. Tetapi perkawinannya tak pernah lama. Mereka yang dulu sangat
mengaguminya, menyudahi perkawinan Christina dengan bercerai. Kecantikan wajah
tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan
(‘athifah) antara Christina dan suami-suaminya tidak semakin kuat.
Kasus Christina memberi pelajaran bagi kita bahwa bukan kecantikan wajah
secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada
yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya lebih bersifat qalbiyyah.
Christina Onassis tidak sendirian. Ada kasus-kasus lain, baik yang mencuat ke
permukaan maupun tidak. Tetapi bukan bagian kita saat ini untuk mengkompilasi
kasus-kasus seperti yang dialami oleh putri Onassis ini. Cukuplah kasus Christina
Onassis sebagai bantahan pertama. Rasa cinta dan ‘athifah (jalinan perasaan) bukan
tumbuh dari wajah yang mempesona.
---
“Engkau tak mungkin
dapat mencukupi kebutuhan semua orang
dengan hartamu;
karenanya, cukupilah mereka semua
dengan wajahmu yang gembira
dan watak yang baik.”
---
Dalam bentuk sederhana, kita mendapati di sekeliling kita bahwa orang lebih
mudah tersentuh hatinya oleh keramahan dan kelembutan daripada keelokan wajah.
Sikap yang baik meluluhkan hati manusia sehingga di hatinya tumbuh kasih-sayang.
Sedang kecantikan wajah segera sirna pesonanya ketika ia menampakkan sikap
kurang bersahabat, keras hati, dan meninggikan diri. Allahu A’lam bishawab.
Dari bantahan pertama yang berupa fakta, marilah kita memeriksa bantahan
kedua, yaitu hadis Nabi Muham-mad Saw. Rasulullah al-ma’shum pernah bersabda,
Kado Pernikahan 169
“Janganlah kamu menikahi seorang wanita karena kecantikannya, mungkin saja
kecantikannya itu membuatnya hina. Janganlah kamu menikahi seorang wanita
karena hartanya, mungkin saja harta itu membuatnya melampaui batas. Akan tetapi
nikahilah seorang wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang
shaleh, meskipun buruk wajahnya, adalah lebih utama.” (HR Ibnu Majah).
Ada lagi hadis yang sangat populer di kalangan kita tentang kriteria wanita yang
akan dinikahi. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. bersabda, “Biasanya wanita
dikawini karena empat (hal): karena hartanya, karena kebangsawanannya, karena
kecantikannya, dan karena agamanya (akhlaknya). Maka pilihlah yang beragama
(berakhlak) semoga beruntung usahamu.” (HR Bukhari & Muslim).
Lalu, apakah hadis-hadis tersebut tidak bertentangan dengan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh Al-Khathib? Al-Khathib meriwayatkan sebuah hadis yang
berbunyi, “Memandang wajah yang tampan atau cantik dapat menjernihkan mata,
sedangkan memandang wajah yang jelek mengakibatkan wajah masam dan
cemberut.”
Sebelum berbicara lebih lanjut, mari kita dengarkan penjelasan pakar hadis
zaman ini, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Dalam Silsilah Hadits Dha’if
dan Maudhu’, Al-Albani menyatakan bahwa hadis itu maudhu’. Palsu. Dengan
demikian sama sekali tidak tidak bisa dipakai sebagai argumentasi (hujjah) yang
dapat diterima.
Al-Albani lebih lanjut menegaskan, “Umumnya perawi ini meriwayatkan haditshadits
munkar, bahkan saya yakin bahwa dialah yang memalsu hadits ini. Demikian
pernyataan Ibnu Adi.”
Ada hadis-hadis serupa dengan ini, tetapi kedudukannya juga maudhu’ (palsu).
Karena itu, saya kira saya tidak perlu menambahkan di sini. Cukuplah penjelasan
tentang kemaudhu’an satu hadis di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika
memandang sehingga perasaan ini semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan
rupa secara zahir. Ada yang lebih bersifat bathiniyyah. Lebih bersifat psikis. Lebih
lanjut tentang masalah ini bisa Anda baca pada bab Ada Keindahan Yang Lebih
Besar.
Sekalipun demikian, perhatian terhadap kecantikan yang bersifat psikis
hendaknya tidak melalaikan wanita untuk merawat kecantikan fisiknya. Seorang
wanita shalihah insya-Allah akan merawat kecantikannya dan berdandan untuk
suaminya, justru karena rasa sayangnya yang sangat besar terhadap suami dan
terutama karena kesadarannya tentang kewajiban untuk menjadikan pandangan mata
suaminya sejuk ketika memandangnya. Dengan demikian suami tak tergerak untuk
memandang yang lain. Ia mencukupkan diri dengan hanya memandang istrinya.
Saya jadi teringat kepada sebuah hadis Nabi. Dari Anas radhiyallahu 'anhu, Ad-
Dailami meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda, “Sebaik-baik istri kamu ialah
yang menjaga diri lagi pandai membangkitkan syahwat, yaitu keras menjaga
kehormatannya, pandai membangkitkan syahwat suaminya.”
Kado Pernikahan 170
Muhammad Utsman al-Khasyat menulis di dalam buku Muslimah Ideal Di Mata
Pria tentang penampilan fisik bagi wanita. Kata al-Khasyat, “Setiap wanita sangat
membutuhkan penampilan fisik. Ia juga mesti bertingkah-laku wanita dan berusaha
menampakkan kelembutan dan daya tariknya. Wanita seperti ini menunjukkan
penghormatan kepada kewanitaannya dan memperlihatkan keinginannya untuk
menarik perhatian suaminya.”
Seorang istri shalihah yang mencintai suaminya akan berusaha merawat
kecantikannya untuk menyejukkan pandangan mata suami, sehingga tidak
memandang wanita ajnabi yang bukan haknya. Ia berhias ketika di rumah, dan tidak
melakukannya ketika keluar rumah. Di saat ia berada di samping suaminya, ia bisa
memakai parfum yang menghangatkan penciuman suami. Tetapi tidak memakainya
ketika keluar, karena untuk ke masjid saja ia harus membersihkannya sampai tak
tercium baunya kalau pada saat itu ia sedang berparfum.
Lebih lanjut silakan periksa kembali bab Memasuki Malam Zafaf pada
pembahasan tentang sebaik-baik perhiasan bagi laki-laki dan perempuan.
Berhias bagi seorang istri untuk suaminya termasuk perbuatan yang mempunyai
nilai ‘ibadah. Demikian juga bagi suami, sunnah berhias bagi istrinya sekalipun ada
perbedaan antara berhias bagi laki-laki dan berhias bagi wanita. Mengharumi tubuh
merupakan salah satu sunnah dalam berhias bagi seorang laki-laki.
Rasulullah Saw., kata Muhammad Abdul Halim Hamid dalam buku Bagaimana
Membahagiakan Istri (Citra Islami Press, Solo, 1996), adalah orang yang paling
wangi baunya. Beliau mencintai wewangian dan memerintahkan sahabat-sahabatnya
untuk memakainya. Bau wewangian juga merupakan faktor penguat ikatan cinta
suami-istri dan menjauhkan dari rasa sebal.
Wallahu A’lam bishawab.
Seorang istri bisa berhias untuk suaminya kapan saja, sejauh tidak menyebabkan
kewajibannya terlalaikan. Tetapi ada tiga waktu yang insya-Allah tepat untuk berhias,
yaitu ketika suami akan pergi, ketika suami pulang, dan ketika berangkat ke
pembaringan. Tiga waktu ini memberi kesan khusus bagi suami, sehingga lebih
berarti dibanding waktu lain kecuali saat berjima’ dan saat suami sedang manja.
Wallahu A’lam.
Ketika Suami Akan Pergi
Pada awal berumah-tangga, seorang istri mungkin bisa berhias secara sempurna.
Tetapi ketika anak sudah banyak, agaknya repot bagi istri untuk berhias secara
sempurna setiap pagi ketika akan melepas suaminya berangkat bekerja. Urusan
dengan anak, terutama ketika anak masih balita, cukup menyita waktu dan perhatian.
Sekalipun demikian, hendaklah istri bisa menyisakan waktu untuk berhias bagi
Kado Pernikahan 171
suaminya agar ketika suami berangkat yang terakhir dilihatnya adalah wajah istri
yang cantik dan menyejukkan.
Berhias ketika suami akan berangkat kerja, tidak mesti harus mempercantik diri
dengan alat kosmetik. Di saat sangat repot mengurusi anak, agaknya menjaga
kebersihan muka yang berseri-seri telah cukup untuk merawat jalinan perasaan suami
kepada Anda. Ini terutama ketika Anda menemaninya di meja makan, saat-saat yang
berarti bagi suami sebelum berangkat kerja.
Suasana di meja makan, kata Muhammad Abdul Halim Hamid, dapat digunakan
untuk menunjukkan rasa kasih-sayang, demikian juga ketika Rasulullah Saw. sedang
menyantap hidangan dengan istrinya. Ia mengambilkan makanan, menyuapkannya
dan demikian pula sebaliknya. Ia meminum di tempat istrinya dan demikian pula sang
istri berbuat yang sama. Begitu Muhammad Abdul Halim Hamid menulis di bukunya.
Dari Aisyah r.a., ia berkata, “Suatu saat ketika saya haid saya minum dengan
gelas Rasulullah Saw., kemudian beliau meminum di tempat saya meletakkan mulut.
Ketika saya haid dan tubuh saya berkeringat, saya memberikan gelas kepada
Rasulullah dan beliau meminumnya di tempat mana saya meminum.” (HR Muslim).
Sekali lagi, dalam kehidupan sehari-hari istri Anda mungkin tidak bisa berhias
dengan sempurna setiap Anda akan berangkat kerja karena banyaknya kesibukan
yang harus ia jalani sebagai istri, ibu dan kepala rumah-tangga (sedang Anda sebagai
kepala keluarga). Apalagi jika anak sudah banyak, sebagian masih kecil dan
membutuhkan banyak perhatian. Sedangkan yang ada dalam kandungan sudah
mencapai usia tujuh bulan.
Ia mungkin tidak sempat memakai ghumrah (pemerah pipi dari za’faran),
padahal Anda termasuk suami yang menyukai melihat wajah istri yang memerah
lembut. Dan Anda pun termasuk suami yang mengharapkan dapat merasakan aroma
mewangi ketika mengecup istri menjelang berangkat kerja atau pergi jauh.
Ia mungkin juga tidak sempat untuk memberi khidhab (pewarna telapak tangan),
jika sebelumnya ia biasa memakai untuk Anda. Ia juga tidak mempercantik dirinya
dengan sesuatu yang sangat Anda sukai. Semua itu bukan karena cintanya kepada
Anda telah berkurang. Tetapi karena besarnya perhatian dan tanggung jawab istri
Anda terhadap anak-anak. Dalam hal ini, Anda perlu memahami dan menerima istri
Anda.
Ada satu catatan. Pagi hari merupakan stressful-time (waktu yang paling mudah
menimbulkan stres) bagi hampir semua anggota keluarga, terutama keluarga yang
tidak memiliki pembantu. Apalagi pada masa sekarang, ketika pendidikan anak
umumnya diserahkan kepada lembaga pendidikan formal, sejak dari TK (bahkan
play-group) sampai dengan SLTA, stres “pagi hari” lebih mudah muncul. Ibu sibuk
memandikan si kecil yang baru menginjak usia satu setengah tahun sambil tetap
menjaga agar nasinya tidak hangus. Sementara kakaknya yang usia 5 tahun bersiapsiap
untuk pergi ke TK bersama kakaknya yang akan belajar di SD. Belum lagi harus
mengurusi Anda yang kadang juga meminta perhatian hampir sama besarnya dengan
Kado Pernikahan 172
anak yang sudah duduk di SMP. Praktis, istri tidak bisa setiap hari berhias secara
sempurna.
Meskipun demikian, seorang istri ada baiknya untuk tetap mengusahakan agar
dapat kelihatan berseri-seri ketika menemani suami makan dan melepasnya pergi.
Menata rambut secara sederhana (kalau di hadapan suami kan nggak apa-apa
melepas jilbab) dan membersihkan muka sekedarnya dengan air (tanpa lotion
pembersih muka), cukuplah. Asal tidak awut-awutan. Apalagi kalau setiap pagi
begitu.
Adapun kalau Anda ingin membahagiakan suami dengan berhias secara
sempurna, maka yang demikian ini lebih baik. Insya-Allah pandangan mata suami
Anda akan lebih terjaga, sehingga hatinya juga ikut terjaga. Tetapi Anda tetap perlu
memperhatikan siapa suami Anda. Sebab Anda berhias untuk suami Anda seorang.
Sebagian suami senang melihat istri yang memakai kosmetik. Sebagian ada yang
senang kalau istrinya polos. Tidak menggunakan alat-alat kosmetik apa pun meskipun
hanya untuk di rumah. Bahkan bedak pun tidak, karena kecantikan memancar dari
jiwa. Sebagian senang melihat istrinya memakai ghumrah (pemerah pipi) dan lipstik
saat di rumah. Tetapi ada juga yang tidak suka kalau istrinya memakai lipstik karena
merasa seronok.
Nah, Anda perlu memperhatikan masalah-masalah se-macam ini disamping
memperhatikan kesukaan Anda sendiri. Biarlah sekali waktu suami Anda tertegun
ketika melihat Anda.
Masih ada satu catatan lagi. Seorang istri hendaknya menjaga diri agar tidak
berlebihan dalam berhias, baik dalam pemakaian alat kosmetika dan perhiasan
maupun waktu yang dihabiskan untuk berhias. Terkadang ada wanita yang karena
kurang percaya diri atau karena kecenderungan untuk mengagumi kecantikan dirinya
secara berlebihan, menjadikan dirinya tidak dapat mengendalikan keinginan untuk
menggunakan berbagai alat kosmetik. Begitu juga terhadap mode-mode pakaian,
tidak terkecuali busana muslimah. Juga, terkadang ada wanita yang senang berlamalama
mematut diri di depan cermin untuk berhias. Begitu lamanya ia berhias sampai
ia tertegun kagum memandang dirinya. Sementara suami bosan menunggu dan
sampai menyebabkan dirinya merasa jengkel.
Hal semacam ini perlu dihindari oleh seorang istri shalihah. Berhias untuk suami
itu baik. Berhias itu fithrah. Apalagi bagi seorang wanita. Ia bisa memperoleh
kebahagiaan di dalamnya. Tetapi ia harus memperhatikan agar tidak sampai
berlebihan. Selebihnya, bagi Anda yang ingin membaca lebih jauh silakan periksa
buku Muslimah Ideal Di Mata Pria karya Muhammad Utsman al-Khasyat.
Sebaliknya, seorang suami juga perlu belajar memahami istrinya. Kalau Anda
cukup lima atau sepuluh menit saja untuk berhias, maka tidak demikian untuk istri
Anda. Perawatan tubuh pada laki-laki berbeda dengan wanita. Kecenderungan
alamiah maupun proses belajar antara Anda dan istri Anda juga berbeda. Jumlah
penampang penghasil bau badan juga berbeda. Wanita memiliki apocrine yang
Kado Pernikahan 173
menghasilkan bau badan khasnya, 70% lebih banyak dibanding laki-laki, meskipun
ada sebagian laki-laki yang apocrinenya cukup besar.
Jadi pahamilah istri Anda kalau ia membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk
berhias. Terimalah istri Anda. Insya-Allah Anda akan mendapati istri Anda semakin
sayang kepada Anda. Dan Anda pun merasa semakin sayang ketika memandang
wajahnya yang bersih dan bola matanya yang memancarkan rasa cinta dan kerinduan
halus kepada Anda.
Ketika Suami Pulang
“Engkau,” kata Rasulullah Saw., “tak mungkin dapat mencukupi kebutuhan
semua orang dengan hartamu; karenanya, cukupilah mereka semua dengan wajahmu
yang gembira dan watak yang baik.” (HR Al-Hakim dalam Mustadrak).
Rumah bukan hanya rumah, kata Ruqayyah Waris Maqsood. Rumah adalah
tempat berlindung, tempat yang memberikan ketenteraman, kedamaian, tempat
berbagai hal, dan tempat rizki. Ketenteraman dan keteduhan jiwa bagi istri. Juga
tempat suami menemukan ketenangan. Rumah adalah surga bagi penghuninya
(mudah-mudahan Allah menjadikan rumah kita termasuk yang demikian. Amin).
Ketika seorang suami mengalami kepenatan selama di luar rumah, terutama
kepenatan-kepenatan yang bersifat psikis, maka ia mendapatkan kegairahan dan
semangat baru ketika bertemu dengan istrinya di rumah. Sambutan yang hangat
disertai senyum mesra dan pandangan mata yang menampakkan kerinduan,
meluluhkan rasa capek dan mungkin juga gumpalan-gumpalan emosi di luar rumah.
Apalagi jika suami sedang menghadapi pekerjaan yang memeras energi psikis, maka
yang dapat menyejukkannya adalah wajah yang gembira dan watak yang baik. Begitu
pelajaran yang bisa kita tarik dari hadis riwayat Al-Hakim di awal sub bab ini. Atau
pada saat tertentu suami harus mencari pangkuan istri untuk menemukan kedamaian
ketika merebahkan kepalanya. Suatu ketika mungkin Anda akan benar-benar
menjumpai suami Anda berharap bisa merebahkan kepalanya di pangkuan Anda
(sebagaimana, Anda akan mencari dada suami di saat ada air mata yang harus
ditumpahkan dan luapan perasaan yang ingin Anda bagi tanpa dinyatakan secara
lisan).
Inilah salah satu manfaat perkawinan yang barakah: menghidupkan kembali
semangat dan kekuatan saat bertemu istri di rumah. Imam Al-Ghazali menulis, “Salah
satu manfaat perkawinan adalah kenikmatan mempunyai pendamping dan
memandangnya dan dengan berbagi kegembiraan bersamanya membuat hati
disegarkan kembali dan diperkuat untuk mengabdi kepada Allah; karena jiwa
cenderung mengalami kebosanan dan cenderung untuk mengelak kewajiban sebagai
sesuatu yang tak wajar. Jika jiwa dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tak
disukainya, maka ia akan mengeluh dan mundur, tetapi jika dihidupkan kembali
Kado Pernikahan 174
dengan kesenangan dari waktu ke waktu maka ia akan memperoleh kekuatan dan
semangat baru.”
Sempurnalah perkawinan dan kebahagiaan yang dirasakan ketika rumah
memberi kedamaian dan penuh kasih-sayang (sehingga anak-anak kelak tak ingin lari
dari rumah). Sempurnalah kebahagiaan ketika suami semakin sayang setiap
memandang wajah istrinya yang semata wayang.
“Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki,” kata Rasulullah Saw., “istri
shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi
membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu;
kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang
damai yang penuh kasih-sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah
istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya
juga tidak bisa membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga
kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika dipakai hanya membuatmu
lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang
sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya.”
Di saat suami pulang dari bepergian (terutama bepergian jauh), istri diharapkan
dapat menyambutnya dengan kegembiraan wajah, kehangatan senyuman, dan diri
dalam keadaan berhias. Barangkali, dibanding berhias saat suami akan pergi, berhias
ketika suami pulang jauh lebih besar maslahat dan manfaatnya. Kepercayaan dan rasa
cinta yang mendalam, bisa disuburkan dari sini. Kepercayaan dan rasa sayang suami
kepada istri, juga kepercayaan dan kesetiaan istri kepada suami, insya-Allah akan
berkembang dari sini.
Begitu pentingnya berhias dan menampakkan kehangatan sikap ketika suami
pulang, sehingga Rasulullah Saw. melarang suami pulang mendadak di malam hari
agar istri berkesempatan untuk membersihkan diri dan merapikan dandanan terlebih
dulu. Yang demikian ini juga dimaksudkan agar kepulangan suami yang
mengagetkan, tidak menumbuhkan bibit rasa tidak suka dalam diri istri terhadap
suami.
Khath Arab
Dari Jabir r.a., sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda, “Bila salah seorang
dari kalian bepergian untuk waktu lama, janganlah pulang menemui istri pada
malam hari.” (Muttafaqun ‘alaih).
Mengapa suami yang habis bepergian jauh untuk waktu yang lama tidak
diperkenankan pulang mendadak? Ada tujuannya. Dari Jabir r.a., Rasulullah Saw.
bersabda:
Kado Pernikahan 175
Khath Arab
“Apabila kamu datang dari bepergian, janganlah kembali kepada istrimu pada
malam hari, agar ia dapat mencukur rambut kemaluannya lebih dulu dan merapikan
dandanannya serta lakukanlah jima’.” (HR Imam yang Lima kecuali An-Nasa’i).
Berhias semenarik mungkin ketika suami pulang dari bepergian jauh, apalagi jika
seminggu tidak pulang, barangkali lebih mudah dilakukan istri. Tanpa diminta pun,
istri insya-Allah akan menyambut suaminya dengan penuh kecantikan dan
kehangatan. Perasaan kangen yang besar dan cinta yang meluap, akan menjadikan
pertemuan dengan suami begitu berarti. Inilah saatnya istri menyambut suami dengan
dandanan yang rapi, kening yang harum dan (maaf) kemaluan yang tercukur bersih
rambutnya.
Kata Rasulullah Saw., “Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri lagi
pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya,
pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR Ad-Dailami dari Anas r.a.).
Tapi istri barangkali tidak bisa selalu menyambut suami dengan dandanan
sempurna setiap hari. Mungkin hari itu ia kelelahan karena banyaknya pekerjaan
rumah-tangga yang menumpuk, si kecil yang rewel seperti bapaknya (he hmmm) dan
tamu bulanan yang datang beserta sindrom menstruasinya yang menyebabkan istri
mudah letih. Mungkin hari itu ia lagi teringat orangtua dan saudara-saudaranya yang
sudah lama tak berjumpa. Begitu kangennya dengan orang-orang yang ia cintai
(meskipun ia sangat mencintai Anda), sehingga ia menjadi lamban. Dan ia tak sempat
berhias ketika menyambut kedatangan Anda.
Hal-hal semacam ini perlu Anda pahami. Tanpa kesediaan untuk memahami,
keindahan rumah-tangga sulit tercapai. Nasehat Ruqayyah Waris Maqsood mengenai
masalah ini patut kita simak. Jika seorang laki-laki tiba di rumah lebih awal dari
biasanya, kata Ruqayyah, sebaiknya ia menunggu, sehingga istri yang belum
berpakaian secara layak mempunyai waktu untuk merapikan diri.
Sekali waktu, mungkin istri tidak bersikap seperti yang Anda kehendaki. Padahal
saat itu Anda ingin sekali melihat istri Anda tampak anggun dan menyenangkan.
Anda juga ingin sekali mencium aroma wangi dari ma'athif (antara leher dan
geraham) istri Anda tersayang.
Kado Pernikahan 176
---
“Sebaik-baik istri kamu ialah yang menjaga diri
lagi pandai membangkitkan syahwat,
yaitu keras menjaga kehormatannya,
pandai membangkitkan syahwat suaminya.”
---
Jika suatu saat Anda mengalami, dengarkan nasehat Ruqayyah Waris Maqsood.
Kata Ruqayyah, “Jangan merasa bersedih karena istri Anda tidak bersikap seperti
yang Anda kehendaki. Bicaralah! ‘Sayang, aku senang sekali kalau kau mengenakan
baju yang bersih dan parfum untukku seorang. Aku tahu kau merasa lelah hari ini,
tetapi jika kau mau melakukannya untuk menyenangkan hatiku, aku tahu kau masih
menyayangiku’.”
“Perhatikanlah kata-kata penting pernyataan Anda,” kata Ruqayyah
mengingatkan, “ungkapkan kekecewaan Anda, akuilah kerja keras dan pengorbanan
mereka, nyatakan kebutuhan Anda akan cinta dan kehormatan --dan lihatlah
hasilnya.”
Ketika Suami Harus Pulang Mendadak
Salah satu saat yang penting lainnya adalah saat datangnya fitnah, kata
Muhammad Abdul Halim Hamid, yaitu ketika seorang istri merasakan perubahan
jiwa pada diri suaminya yang diakibatkan oleh pengaruh para pesolek jalanan yang
menggoda. Maka hendaklah ia segera berdandan secantik mungkin. Hal ini dilakukan
untuk memagarinya dari fitnah nafsu dan menghindarkan matanya dari melirik wanita
lain.
Ada saatnya ketika pulang menemui istri menjadi keharusan. Mungkin tidak
lama setelah suami Anda berangkat kerja. Mungkin ketika suami Anda sedang
bepergian santai untuk menikmati suasana. Dan ia tiba-tiba pulang menemui Anda
karena mengingat nasehat Rasulullah Mu-hammad Saw., “Jika salah seorang di
antara kamu melihat wanita cantik dan hatinya menjadi cenderung kepada wanita
itu, maka ia harus langsung pulang dan menemui istrinya dan mendatanginya di
tempat tidur supaya ia terhindar dari pikiran yang kotor.” (HR Muslim).
Maka jika suatu saat suami Anda pulang mendadak dan mengajak Anda untuk
melakukan jima’, berbahagialah. Karena suami Anda memelihara cinta dan
kesetiaannya kepada Anda. Suami Anda masih menjaga agama dan kehormatan
Kado Pernikahan 177
seksualnya. Rasa cintanya kepada Anda mencegah dia dari membiarkan pikirannya
terkotori oleh fantasi yang bukan-bukan.
Karena itu, jika suatu ketika suami Anda harus pulang mendadak untuk
memperoleh kehangatan dari Anda, segeralah membersihkan diri dan merapikan
dandanan. Mintalah suami Anda untuk menunggu Anda berhias sejenak dengan sikap
yang mesra, hangat dan menggemaskan. Atau, kalau suami Anda tidak sabar untuk
memandangi wajah Anda, biarlah ia tertegun memandangi Anda ketika berhias. Akan
tetapi kalau suami Anda tidak sabar menunggu Anda berhias, maka Anda lebih
bijaksana. Jangan biarkan ia kecewa karena hasratnya tersendat beberapa saat. Dorongan
seks laki-laki memang berbeda dengan dorongan seks wanita!
Ekspresi keinginan untuk melakukan hubungan seks antara Anda dan suami
Anda memang berbeda!
Khath Arab
Dari Abu Ali Thalaq bin Ali r.a., sesungguhnya Ra-sulullah Saw. bersabda,
“Apabila seorang suami mengajak istrinya, maka penuhilah segera meskipun ia
sedang berada di dapur.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Abdullah bin Mas’ud r.a. mengatakan bahwa dia mendengar Rasulullah Saw.
bersabda,
Khath Arab
“Seorang istri yang diajak oleh suaminya ke tempat tidurnya, tetapi dia
menangguhkannya hingga suaminya tidur, maka istri tersebut dalam keadaan
laknat.”
Begitulah. Maka ketika suami Anda harus pulang mendadak demi
menyelamatkan agama, kehormatan seksnya, serta kesetiaan cintanya kepada Anda,
segeralah menyambut suami Anda dengan kehangatan yang lain daripada hari-hari
biasanya. Tunjukkanlah kerinduan Anda kepadanya dan tatapan mata cinta yang
menggemaskan, sehingga ia semakin kuat hasratnya. Atau, (kalau anak-anak tak
melihat) berikan kecupan hangat yang menggairahkan dan kemanjaan yang
membuatnya dekat dengan Anda.
Kado Pernikahan 178
“Sebaik-baik istri kamu,” kata Rasulullah Saw., “ialah yang menjaga diri lagi
pandai membangkitkan syahwat, (yakni) keras menjaga kehormatan kemaluannya,
pandai membangkitkan syahwat suaminya.” (HR Dailami dari Anas r.a.).
Sesudah itu, segeralah berhias secantik mungkin hanya untuk suami Anda
seorang. Kalau perlu Anda bisa memakai ghumrah untuk mengharumkan pipi
sekaligus menjadikannya bersemu merah. Anda juga bisa memakai pengharum
kening dan nashiyah (ubun-ubun) sekaligus menjadi-annya tampak menarik. Pakailah
gaun yang paling menyenangkan suami. Sebagian suami akan merasa begitu bahagia
ketika melihat istrinya menggunakan gaun tertentu. Ia begitu terkesan olehnya.
Berhiaslah secantik mungkin. Tetapi jangan terlalu lama mematut di depan
cermin, sehingga menjadikan suami Anda kesal menunggu. Apalagi ia pulang
mendadak untuk menemui Anda karena desakan untuk menjaga kehormatan seks dan
kesetiaan cintanya!
O ya, jangan lupa wewangian yang menghangatkan semangat. Berilah
wewangian pada daerah-daerah lipatan, yaitu lipatan telinga, lipatan jari-jemari,
ma'athif (antara leher dan geraham), ketiak, lipatan payudara serta kemaluan (kalau
sempat). Atau, Anda juga bisa memberi wewangian pada tempat-tempat yang Anda
harapkan suami bersemangat mengecupnya. Sebagian istri, sangat menikmati usapan
dan kecupan pada tempat-tempat tertentu dibanding bagian lain tubuhnya.
Jika Anda masih menyimpan wewangian yang Anda pakai pada malam pertama,
Anda bisa memakainya sekarang sehingga perasaannya semakin terbangkitkan dan
mengingatkan pada keagungan jima’ di malam pertama. Jadikanlah saat ini seperti
malam pertama atau lebih indah lagi. Semoga Allah memberikan kenikmatan yang
paling besar barakahnya pada jima’ yang Anda lakukan saat ini. Semoga Allah
semakin menguatkan jalinan perasaan (‘athifah) antara Anda dan suami Anda
sehingga mencapai ulfah (keharmonisan). Dan semoga, kelak Anda berdua
memperoleh keutamaan di akhirat disebabkan oleh besarnya keinginan Anda untuk
membantu suami melaksanakan perintah Rasulullah Muhammad al-ma’shum, yaitu
segera pulang dan mengajak istri berjima’ ketika hatinya tergoda di tengah perjalanan.
Mudah-mudahan dari sini Allah memberikan keturunan yang memberi bobot kepada
bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah (ya Allah, karuniakanlah kepada kami
keturunan yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah).
Sebagai penutup sub judul ini cukuplah saya tandaskan, jadikanlah diri Anda
sebagai istri yang paling pandai membangkitkan syahwat suami ketika ia harus
pulang mendadak menemui Anda.
Ketika Berangkat Ke Pembaringan
Umamah binti Al-Harits pernah berwasiat kepada putrinya ketika menikah
dengan Raja Kendah. Ada sepuluh nasehat yang diberikan. Salah satunya adalah
nasehat untuk memeriksa urusan makan dan tidur suami. Karena, kata Umamah,
Kado Pernikahan 179
sesungguhnya panasnya lapar begitu membakar, dan kurangnya tidur memicu
kemarahan.
Saya tidak tertarik untuk membahas bagaimana kurangnya tidur dapat
menyebabkan seseorang mudah tersulut kemarahannya (padahal ketika marah,
pikiran orang jarang yang jernih). Saya lebih tertarik untuk mengajak Anda
mengetahui bagaimana berhias akan menjadikan suami Anda merasa lebih sejuk dan
teduh ketika berdekatan dengan Anda di pembaringan. Sedang Anda pun insya-Allah
akan merasakan ketenteraman berada dalam satu selimut dengannya.
Banyak suami maupun istri yang senang untuk berintim-intim ketika berangkat
tidur, meskipun tidak melakukan jima’. Mereka bercakap-cakap ringan menjalin
keakraban sebelum menutup mata dengan do’a. Sebagian senang membicarakan
masalah-masalah ringan dalam keluarga, tentang harapannya terhadap anak misalnya.
Sebagian suka apabila suami atau istri mengajak berbicara tentang diri mereka,
sehingga mereka merasa memperoleh perhatian dari orang yang dicintai dan
mencintainya.
Sebagian suami (juga istri) berkeinginan untuk saling berintim-intim ketika
berangkat ke pembaringan. Sebagian berkeinginan untuk menjalin keakraban dengan
kedekatan fisik: berpegangan tangan, mengusap rambut istri, mengecup kening atau
sekedar mengusap-usap pergelangan tangan. Kadang ini dilanjutkan dengan
bercumbu dan jima’. Tetapi kadang mereka menutupnya dengan tidur lelap yang
nikmat.
Di antara para suami, ada juga yang berkeinginan agar istrinya menggunakan
pakaian-pakaian yang menarik dan seksi ketika beristirahat di tempat tidur. Ia senang
kalau istrinya mau memakai pakaian dalam saja1 dan bertingkah laku manja saat
berdekatan di pembaringan, meskipun ia ketat terhadap hijab istri saat di luar. Dan ini
merupakan perkara yang boleh saja dilakukan. Wallahu A’lam bishawab.
Allah Swt. telah mengisyaratkan tentang waktu-waktu aurat, waktu ketika Anda
bisa menanggalkan pakaian luar. Apalagi buat suami Anda. Firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak yang kamu miliki
dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu meminta izin kepadamu tiga kali
(dalam satu hari), yaitu sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian
(luar)mu di tengah hari, dan sesudah shalat isya’. Itulah tiga aurat bagi kamu.” (QS.
An-Nuur: 58).
Begitu pentingnya berhias saat berangkat ke pembaringan bersama suami,
sampai-sampai Syaikh Muhammad bin Umar an-Nawawi al-Bantani menulis dalam
bukunya, Uquudullujain, “Seorang istri wajib memiliki rasa malu (membiasakan) di
hadapan suaminya dan menyedikitkan pertengkaran dengannya. Wajib merendahkan
pandangannya di hadapan suaminya, menaati perintahnya, tidak berbicara ketika
suaminya sedang berbicara dan wajib berdiri (menyambut) ketika suaminya datang
dari perjalanan atau dari mana saja. Demikian pula ketika suaminya berangkat dari
rumah, memperlihatkan rasa cinta ketika dekat suami dan memperlihatkan
Kado Pernikahan 180
kegembiraan ketika melihat suami. Wajib menyerahkan dirinya kepada suami ketika
hendak tidur dan memakai wewangian hanya untuk suami, harus memakai wangiwangian
pada mulutnya dengan misik atau lainnya yang wangi. Mengenakan pakaian
yang bersih dan rapi, dan selalu mengenakan perhiasan di hadapan suami serta tidak
memakai wewangian ketika suami tidak ada.”
Tentu saja berhias ketika berangkat ke pembaringan berbeda dengan berhias di
waktu-waktu lain. Anda tak perlu memakai ghumrah atau lipstik, apalagi kalau Anda
biasa tidur dengan lampu dimatikan. Cukuplah wewangian dan kebersihan tubuh.
Kecuali jika Anda akan melakukan jima’. Atau, barangkali suami Anda sedang manja
saat itu.
Selama berada di tempat tidur, keinginan untuk berintim-intim dan mendapat
perhatian bisa jadi bukan dari suami. Seorang istri boleh saja meminta perhatian dan
kehangatan belaian suami. Jika suami kurang bisa menangkap isyarat keinginan Anda
untuk memperoleh perhatiannya, bantulah ia untuk memahami keinginan Anda
dengan menyampaikan maksud Anda secara lisan. Katakanlah, “Mas, aku kangen
sekali padamu.” (padahal Anda bertemu setiap hari). Atau katakan secara lebih jelas
jika ia belum menangkap maksud Anda. Bagaimana mengungkapkannya? Saya kira
Anda lebih mengenal suami Anda dibanding saya.
Dalam masalah ini, Ruqayyah Waris Maqsood mengingatkan kepada para suami.
Kata Ruqayyah, “Jika seorang laki-laki bersikeras menolak untuk mengabulkan
permohonan istrinya untuk diberi perhatian, ia harus menyadari bahwa nantinya di
hari pengadilan ia akan mendapatkan pertanyaan yang sulit dijawab. Buku catatannya
akan dibuka untuk mengungkapkan segala perbuatannya, betapapun memalukannya
itu! Mungkin ia telah merasa sebagai Muslim yang terbaik, tanpa menyadari
kebenaran nasehat dari ajaran Rasulullah Saw.: “Yang terbaik di antara kalian adalah
yang terbaik kepada istri dan keluarganya.” Bayangkanlah kekagetannya pada akhir
kehidupan agama dengan shalat dan perbuatan baik, ketika mendapati bahwa
sebenarnya Anda telah bersalah dengan bersikap kejam terhadap istri di tahun-tahun
itu, dan kini dipanggil untuk mempertanggungjawabkannya!”
Rasulullah Saw. bersabda:
“Ada dua dosa yang akan disegerakan Allah siksanya di dunia ini juga, yaitu albaghyu
dan durhaka kepada orangtua.” (HR Turmudzi, Bukhari dan Thabrani).
Al-baghyu, kata K.H. Jalaluddin Rakhmat, adalah berbuat sewenang-wenang,
berbuat zalim dan menganiaya orang lain. Dan al-baghyu yang paling dimurkai Allah
ialah berbuat zalim terhadap istri sendiri. Termasuk al-baghyu ialah menelantarkan
istri, menyakiti hatinya, merampas kehangatan cintanya, merendahkan
kehormatannya, mengabaikannya dalam mengambil keputusan, dan mencabut haknya
untuk memperoleh kebahagiaan hidup bersama Anda. Karena itulah, kata Kang Jalal,
Rasulullah Saw. mengukur tinggi-rendahnya martabat seorang laki-laki dari cara ia
bergaul dengan istrinya. Nabi Saw. bersabda:
Kado Pernikahan 181
“Tidak memuliakan wanita kecuali laki-laki yang mulia. Tidak merendahkan
wanita kecuali laki-laki yang rendah juga.”
Karena itu, wahai istriku, ingatkanlah aku jika aku ternyata telah menyakiti
hatimu atau merampas kehangatan cinta yang menjadi hakmu dariku, sementara aku
tidak menyadari. Maafkanlah suamimu karena tidak peka terhadap kerinduanmu
untuk memperoleh kehangatan dan perhatian. Sampaikanlah apa yang menjadi
kerinduan dan keinginanmu agar suamimu dapat menunjukkan perhatian yang
menyejukkanmu. Yang demikian ini juga agar tidak ada fitnah yang bisa mendekat
kepadamu maupun kepadaku. Insya-Allah.
Bicaralah, Sayang, agar aku mengerti.
‘Alaa kulli hal, kepada sidang pembaca silakan memeriksa kembali tulisan ini.
Apa-apa yang salah, itu semata karena kesalahan dan kekurangan saya. Ingatkan
dengan cara yang ma’ruf agar saya lebih terbuka dan dapat menerima. Adapun kalau
ada yang benar, itu semata karena hidayah Allah 'Azza wa Jalla. Mudah-mudahan kita
bisa menerapkan semampu kita.
Ya Allah, tolonglah kami. Berikanlah barakah atas kami dan bagi kami.
Allahumma amin.
Catatan Kaki:
1. Ada dua pengertian tentang pakaian dalam. Pertama, secara umum masyarakat
mengartikan pakaian dalam adalah sejenis celana dalam, BH, kaos dalam dan
rok dalam. Kedua, pakaian dalam berarti pakaian yang dipakai setelah pakaian
dalam menurut pengertian umum sebelum jubah dan jilbab. Pakaian dalam pada
tulisan ini mencakup kedua pengertian tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar